Diantara orang yang menolak Tasauf
Sudah mulai bermunculan orang membuat/mencetak buku yang ber isikan menolak tasauf, atau menolak torekat. Mereka merasa bahwa menurut ilmu penge tahuan mereka tasauf adalah salah, alasannya sangat bermacam-macam, namun bagi orang yang mendalami tasauf kelihatannya biasa-biasa saja.
Diantara mereka ada yang mengemukakan bahwa manakib atau kisah manakib adalah tidak benar, karena akal tidak akan dapat menerimanya. Bagi mereka yang menggunakan kisah manakib, kemudian meneliti juga, ternyata hasil mereka mengemukakan bahwa kitab manakib itu isinya menyangkut seluruh segi kehidupan dsari pada seorang Syekh yang antara lain :
1. Segi riwayat tentang jerih payah seorang Syekh dalam mencari ilmu-ilmu seperti Ilmu Fikih, Ilmu Adab, Ilmu Hadits, Tafsir, Ilmu Thariqat, sehingga beliau menjadi dikenal sebagai ulama besar yang mahir soal ilmu alat dan lain-lain.
2. Segi mengenai bagaimana keteguhan hati beliau dalam memegang ketentuan hukum Allah, terhadap yang haram tetap haram dan yang halal tetap halal, ( baca kisah mengaku-ngaku sebagai Tuhan kepada Syeh Abd Qodir Al Jaelani
3. Segi kekeramatannya, karena sudah bukan rahasia lagi bahwa Syekh Abd Qodir Al Jaelani adalah seorang Waliyullah.
4. Segi tentang kehidupan bermasyarakat Syekh Abdul Qodir Al Jaelani. Bagaimana sikap, tindak tanduk dirinya dalam menghadapi guru yang pernah mengajarkannya ilmu itu, demikian juga sikap beliau terhadap orang kaya dan miskin, penguasa dan rakyat kecil dan sebagainya.
Dari sini kita tahu bahwa kitab-kitab yang menjelaskan tentang manakib adalah memberikan penjelasan bukan hanya kekeramatannya saja melainkan banyak segi-segi lainnya yang dijelaskan didalamnya. Tetapi sebagian orang membacanya hanya berkisar kepada yang mengenai kekeramatannya saja, mereka tidak teliti sehingga berani mengatakan kitab manakib seperti itu merusak Aqidah Islam.
Sejak zaman sebelum Rasulullah saw lahir dan sesudah wafatnya manakiban sudah ada dan diterangkan dalam Al Qur’an. Contoh manakib yang ada dalam Al Qur’an seperti manakib Maryam, Dzul Qornain, Ashabul Kahfi, dan lain-lain. Dan setelah Nabi wafat banyak kita dapati manakib dalam hadits shahih seperti manakib Abu Bakar, Umar, Ali, Hamzah, Abi Sa’id, At Tijani, Syekh Abdul Qodir, dan sebagainya. Dan dalam Al Qur’an pun disebutkan
وَمِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ المؤمن 87
“Sebagian dari mereka telah aku ceriterakan kepadamu dan sebagian lainnya belum aku ceruterakan kepadamu “
ayat ini diperkuat dengan ayat lain sbb:
وَرُسُلاً قَدْ قَصَصْنَهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلاً لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللهُ مُسَى تَكْلِيْمًا النساء 164
Dan Kami telah mengutus rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu .Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
Dari ayat ayat diatas bila diteliti dapat diambil beberapa pengertian sebagai berikut :
1. Kita dianjurkan Allah untuk bangkit mengadakan penelitian sejarah, baik dari sumber Al Qur’an, Al Hadits atau dari sumber lain yang dapat dipercaya.
2. Bila sejarah sudah diteliti maka hasilnya dianjurkan untuk diceriterakan kepada umat secara lisan maupun tulisan.
3. Terjadinya pengertian itu karena banyak sekali sejarah para Nabi, sejarah Shalihin, sejarah Auliya, yang belum diterangkan Allah dalam Al Qur’an
Berdasarkan hasil penelitian yang bersifat hipothesis, telah membuktikan bahwa pada zaman permulaan Islam di Indonesia terutama di Jawa para mubaligh Islam yang dipimpin oleh walisongo telah mengajarkan kepada masyarakat Islam tentang ilmu tarekat , manakib dan amalan –amalan lainnya yang selaras denngan itu Praktek seperti ini ternyata berjalan dan berkembang terus sampai sekarang bahkan oleh masyarkat Islam hal tersebut dijadikan sebagai sarana dakwah Islamiyah. .
Praktrek upacara manakib terus berkembang, dan disatu tempat dengan tempat lain dapat berbeda, namun hanya kaifiyat saja, sedangkan intinya sama misal: Disatu tempat melaksanakan manakib dengan disiapkan dahulu makanan makanan yang tertentu misal ada tumpeng, panggamh ayam, dan lain lain, dan setelah selesai makanan itu dimakan bersama sama dan, sisanya dapat dibawa pulang masing-masing.
Ditempat lain tidak demikian melainkan cukup dengan kaum muslimin berkumpul dan upacara dimulai dan salah satu isi acaranya adalah membacakan Layang Syeh (sejaran Syeh Abdul Qodir Jaelani).Setelah selesai ada sekedar makanan yang bukan diada-adakan dan mereka makan bersama.
Ditempat lain melaksanakan manakiban kalau ada kepentingan , misal mau hitanan anak atau mau menikahkan, atau sedang mengadakan syukuran karena mendapat nikmat. Yang demikian biasanya bentuknya adalah berupa pengajian atau tablig Agama Islam.
Pada tempat-tempat lain pun ada juga yang berbeda beda, dan disini tidak akan diuraikan dari bentuk bentuk lain karena keterbatasan. Tapi yang jelas bahwa dalam upacara manakiban dibacakan sejarang seorang tokoh Islam, dan biasanya yang dibacakan adalah sejaran Syekh Abdul Qodir Al Jaelani.
Maksud mengadakan upacara manakib.
Upacara manakib iani mempunyai istilah yang berbeda-beda misal disatu tempat disebut dengan manakiban ditempat lain disebut dengan pembacaan layang syeh di tempat lain disebut dengan Dulqodiran dan mungkin ada lagi istilah yang digunakan masyarakat. Mereka mengadakan manakiban masing masing mempunyai maksud yang diantaranya :
1. Untuk menghormati mencintai dzurriyah Nabi Muhammad saw seperti dinyatakan dalam Al Qur'’an
قُلْ لاَ اَسأَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلاَّ الْمَوَدَّةَ فِى الْقُلُوْبْ الشورى 23
Sesungguhnya Aku tidak meminta kepadamu sesuatu apapun atas seruanku , kecuali kamu berkasih sayang terhadap keluarga,
Pengertian keluarga disini adalah keluarga Nabi saw, pernah dalam persdoalan ini diantara shahabat ada yang bertanya tentang keluarga dan Nabi saw menjawab: keluarga Ali bin Abi Talib beserta Fatimah, keluarga ‘Aqil, keluarga Ja’far, dan kelu-
Arga Abbas.
2. Untuk mencintai para Solihin, Auliya dan lain-lain. Sebagaimana anjuran Nabi saw (dalam Fathul Baari)
مَنْ عَادَى لِى وَلِيًا فَقَدْ اَذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ رواه البخارى عن ابى هريرة
Siapa saja yang memusuhi Wali Ku maka Aku umumkan perang kepadanya.
3. Untuk mendapat berkah, sebagaimana di terangkan dalam kitab Gausul ‘Ibad , yang disusun oleh Abus Shoif, halaman 32
لَقَدْ رَاَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ أُمَّ سُلَيْمْ تَجْمَعُ عَرَقَهُ فِى اَنِيَةٍ مَعَهَا وَكَاْنَ نَائِمًا فَاسْتَيْقَظَ وَقَاْلَ : مَاْ ذَاْ تَصْنَعِيْنَ يَا أُمَّ سُلَيْم , فَقَاْلَتْ هَذَا عَرَقُكَ نَجْعَلُهُ فِىْ طِيبِنَا وَهُوَ اَظْيَبُ الطِّيْبِ , وَفِى رِوَايَةٍ اَنَّهَا قَالَت: يَا رَسُلَ اللهِ نَرْجُو بَرَكَتَهُ لِصِبْيَانِنَا فَقَالَ لَهَا عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
مُقِرًّا وَمُشْجِعًا وَمَادِحًا : أَصَبْت. رواه الشيخان والنسائى
Rasulullah saw melihat Ummu Sulaim mengumpulkan air keringatnya Nabi saw dalam satu tempat dimana Nabisedang tidur, tiba-tiba Nabi terbangun seraya berkata “apa yang kamukerjakan hai Ummu Sulaim ?. Jawabnya “ air keringatmu ini akan ku jadikan wangi wangian, karena ini wewangian yang paling harum. Dalam satu riwayat Ummu Sulaim menjawab “Hai Rasulullah aku berharap barakahnya air keringatmu ini untuk anak anakku . Nabi bersabda dengan pernyataan yang penuh kesungguhan sambil memuji “ Silakan kamu “
4. Untuk bertawasul dengan Syekh Abdul Qodir Jaelani karena Allah semata.
يَا يُهَا الذِّيْنَ اَمَنواْ اِتَّقُوُا اللهَ وَابْتَغُواْ اِلَيْهِ الْوَسِلَةَ وَجَهِدُوأ فِى سَبِيْلِهِِ لَعَلكُمْ تُفْلِحُوْنْ المائدة 35
Hai orang-orang yang beriman, patuhlah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan kepadaNya dan berjuanglah dijalan Allah supaya kamu menjadi orang yang beruntung .
5. Diantara mereka ada juga yang bernadzar
_________
Sumber : Imron ABA .