Most Post

Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya

Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya                 Masa KH Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh).                 Riwayat...

Minggu, 18 September 2011

Dzikir Fida Atau 'Ataqoh


            Dzikir fida atau ‘Ataqoh .
Ataqoh ini dilaksanakan dalam rangka membersihkan jiwa  dari kotoran atau penyakit- penyakit jiwa.Bahkan cara ini dikerjakan oleh sebagian tarekat  sebagai penebus harga surga, atau penebus pengaruh jiwa  yang tidask baik (untuk mematikan hawa nafsu).

            Bentuk cara ini (‘ataqoh) adalah seperangkat amalan tertentu yang dilak sanakan dengan serius (mujahadah), seperti membaca surat Al Ikhlash sebanyak  100.000, atau membaca kalimah tahlil dengan cabangnya sebanyak 70.000 kali dalam rangka penebusan nafsu amarah atau nafsu nafsu yang lain. Dalam pelaksanaannya ‘ataqoh dapat diangsur. Fida atau ‘ataqoh ini dilaksanakan oleh masyarakat  santri di Pulau Jawa  untuk orang yang sudah meninggal dunia.

            Mengamalkan syari’at .
Dalam tarekat kebanyakan merupakan jam’iyah para sufi sunni, menetapi syari’at  merupakan bagian dari tasauf (meniti jalan mendekati kepada Tuhannya), karena me nurut keyakinan para sufi sunni  justru prilaku  kesufian  itu dilaksanakan dalam rang ka mendukung tegaknya syari’at. Sedangkan ajaran ajaran dalam agama Islam  khu susnya dalam peribadatan mahdoh merupakan media atau sarana  untuk member sihkan jiwa seperti halnya bersuci dari hadats shalat puasa maupun haji .

            Melaksanakan amalan amalan sunat.
Diantara untuk membersihkan jiwa adalah melaksanakan segala amalan sunat,  hal ini diyakini bahwa dapat membantunya. Dan amalan – amalan yang dapat membantunya memiliki dampak besar terhadap proses dan sekaligus hasil dari tazkiyatun nafsi, se perti membaca Al Qur’an dengan merenungkan artinya dan maknanya melaksanakan shalat malam (bertahajud, berdzikir dimalam hari, banyak berpuasa sunah dan bergaul dengan orang2 yang shaleh.

            Berprilaku zuhud .
Ini juga dapat membantu/mendukung upaya tazkiyatun nafs, karena berfikir zuhud  adalah tidak ada ketergantungan hati pada harta, dan waro’ adalah  sikap hidup yang efektif, orang yang berprilaku demikian tidak berbuat sesuatu kecuali  benar-benar  halal dan benar benar dibutuhkan.Dan rakus terhadap harta benda akan mengotori jiwa, demikian juga banyak berbuat yang tidak baik, memakan  makanan yang syub hat dan berkata sia sia akan memperbanyak dosa dan menjauhkan diri dari Allah, karena melupakan Allah 

           

            Sumber : Kharisudin Aqib .

By Abu Bakar Bin Ahmad Mansor
(S.Kom.I., C.SHOT., CH., CHt., NNLP)