Atsar dzikir
Pada perkuliahan ke 5-6-7 telah dibahas tentang faidah dzikir, bahwa faidah dzikir menurut penelitian Dr. Sayid Muhammad Alwi al Makky al Husni mencapai 53 buah Bdzikir adalah suatu perbuatan yang diperintahkan oleh Allah swt sebagaimana disebutkan di beberapa tempat dalam Al Qur’an, bahkan sebelum melakukan shalatpun telah diperintahkan untuk berdzikir seperti disebutkan dalam surat Al ‘Ala ayat 14-15
قَدْ اَفْلَحَ مَن تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّكَ فَصَلَّى
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya lalu dia sembahyang” .
Bila kita resapi dari ayat ini menunjukkan bahwa sebelum melakukan shalat pun kita harus sudah mau berdzikir. Dalam ayat ini disebutkan dzakaro isma Robbika yang artinya menyebut atau ingat nama Tuhanmu. Menyebut nama Tuhan bagi umat Islam ialah menyebut nama Allah, bukan selain Allah, dan menyebut nama Tuhan adalah Dzikir itulah sebenarnya, atau ingat nama Tuhan, maka ingat nama Tuhannya bagi umat Islam ya ingat Allah, walau Allahnya tidak dapat dibayangkan dimana, kapan, berapa, dan bagaimana.
Dalam ayat lain diterangkan pula bahwa pada waktu kita sedang sholat pun kita harus sambil berdzikir, seperti dikemukakan dalam surat Toha ayat 14
اِنَّنِى أَنَاْ اللهُ لاَاِلَهَ اِلاَّ أَنَاْ فَاعْبُدْنِى وَاَقِيْمِ الصَّلوةَ لِذِكْرِى
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”.
Dari ayat ini jelas bahwa sholat adalah untuk mengingat Allah, mengingat adalah dzikir, jadi sedang sholat pun kita sambil mengingat Allah. Dari ayat ini apabila kita sedang sholat tetapi kita tidak sambil mengingat Allah, berarti sholatnya tidak sempurna, dan agar sholatnya sempurna ya kita wajib melaksanakan sholat sambil ingat atau dzikir kepada Allah swt.
Dalam ayat Al Qur’an selanjutnya diterangkan pula bahwa setelah selesai melakukan sholat pun harus berdzikir . Al Nisa 103
فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُواْ اللهَ قِيَامًا وَقُعُوْدًا وَعَلَى جُنُوْبِكُمْ
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring” .
Kita tahu bahwa ternyata berdzikir itu berdasarkan tiga ayat Al Qur’an tadi adalah bahwa kita selamanya tidak boleh lepas dari berdzikir, bahkan dalam ayat Al Qur’an yang lain, surat Al A’rof ayat 205 disebutkan
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِى نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيْفَةً وَدُوْنَ الجَهْرِ مِنَ الَقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالاَصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِيْنَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” .
Dalam kitab Miftahus Shudur diterangkan bahwa dzikir ada dua macam yaitu dzikir jahar dan dzikir khofi atau disebut juga dengan dzikir sirri. Kadang-kadang istilah ini disebut dengan dzikir bil bil lisan dan dzikir bil jinan, artinya dzikir mrnggunakan lisan yang berfrekuensi dan dzikir yang tidak berfrekuensi , dzikir yang tidak berfrekuensi ini disebut dzikir hofi atau disebut dzikir sirri.
Banyak diantara ulama yang melaksanakan berdzikir disesuaikan dengan bunyi ayat 103 surat Al Nisa yaitu bahwa berdzikir sambil berdiri, sambil duduk, sambil berbaring itu digunakan dzikir jahar yaitu dzikir yang berfrekuensi, tetapi ulama lain melaksanakan dzikir untuk ayat 103 surat Al Nisa ini dipakai dzikir khofi yang sesuai dengan ayat 205 surat Al A’rof.
Dzikir yang berfrekuensi disebut dzikir jahar dan dzikir tersebut adalah berupa dzikir nafi dan isbat, yaitu berbunyi La ilaha illa Allah, sesuai dengan firman Allah dalam surat Muhammad ayat 19
فَاعْلَمْ اَنَّهُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاسْتَغْفِر لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتْ
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin laki-laki dan perempua”.
.
Nabi Muhammad saw bersabda pula tentang dzikir jahar
أَفْضَلُ مَا قُلْتُ اَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ
“Seutama-utama yang aku ucapkan dan (diucapkan pula) oleh nabi-nabi sebelum aku adalah adalah La ilaha illa Allah”.
Dzikir La ilaha illa Allah disebut dzikir nafi isbat karena terdiri dari lafad yang menunjukkan nafi yaitu La ilaha dan lafad yang menunjukkan isbat yaitu illa Allah. Selanjutnya Rasulullah saw menyebutkan
مَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ خَالِصًا مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنَّةْ
“Barangsiapa yang mengucapkan La ilaha illah Allah dengan betul-betul ikhlash maka majib masuk surga”.
Bila kita berbicara tentang surga siapapun pasti kepengin karena menurut berita adalah yang namanya syrga itu adalah suatu tempat (di alam akhirat) yang sangat menyenangkan, dan sebaliknya adalah neraka yaitu suatu tempat (di alam akhirat) yang sangat menyedihkan .
Dalam Miftahus Shudur diterangkan bahwa dzikir nafi dan isbat adalah sangat besar sekali atsarnya (membekasnya), kalau orang yang yang sudah menggunakan dzikir nafi isbat dengan teratur sesuai petunjuk yang sah maka dzakir akan merasakan panasnya hasil dzikir tersebut, karena memang dzikir itu adalah bagaikan api, tetapi setelah itu sang dzakir akan merasakan alangkah senangnya, alangkah rasa bahwa dunia ini betul betul luas dan besar, tidak sempit, Itu semuanya dapat dihasilkan, dengan syarat diambil / digurukan / diijazahkan kepada seorang yang kalbunya taqwa, yang bersih dari selain Allah, tidak asal-asalan mendengar dari siapa saja.
Dzikir walaupun mereka hanya sekedar mendengar dari siapapun apabila dilaksanakan tetap berhasil, tetapi tentu saja tidak sehasil yang ada gurunya .
Bagi seorang dzakir yang melaksanakan dzikir jahar akan terasa panas di kalbunya itu karena ada getaran atau pukulan dzikirnya yang keras itu, jadi berdzikir dengan suara keras tidak berarti Allah tuli, karena Allah Maha mendengar, melainkan kerasnya itu adalah untuk memukul kalbu yang kalbunya itu keras bagaikan batu bahkan lebih keras lagi sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Baqoroh ayat 74
ثُمَّ قَسَت قُلُوبكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِىَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةْ
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi” .
Kalbu yang keras itu dapat menjadi lentur apabila dilawan dengan dzikir. Kalbu yang keras yang segalanya semrawut setelah dihantam dengan dzikir jahar akan bersih dari segala ‘alaiq (sesuatu/unsur yang selalu menempel ), dan jiwa orang itu akan menjadi bersih dari kotoran-kotoran serta dari sifat-sifat hayawaniyah .Dengan kalbu yang bersih manusia dapat melakukan sholat dengan sebaik baiknya, sehingga menghasilkan sebagimana disebutkan dalam Al Qur’an ayat 45 surat Al ‘Ankabut
اِنَّ الصَّلَوةَ تَنهَى عَنِ الْفَخْشَاء وَالْمُنكَر وَلَذِكُ اللهِ اَكْبَر
“Dan sesungguhnya shalat itu mencegah dari( perbuatan–perbuatan) keji dan munkar”.
Diantara atsar dari berdzikir adalah akan merasakan tenang , tidak gelisah seperti diterangkan dalam surat Al Ra’du ayat 29
اَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
“Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”.
Orang yang kalbunya sudah tumaninah karena telah ditaburi benih-benih dzikir dan benih taburan dzikirnya dilaksanakan sesuai petunjuk pasti segala langkahnya berhasil sukses. Benih yang sudah ada dan tidak ditaburkan disebut benih yang kurang bagus, maka hasilnya pun tidak akan memuaskan, atau kadang-kadang menjadi mati sama sekali .
Sumber : Miftahus Shudur.
By Abu Bakar Bin Ahmad Mansor
(S.Kom.I., C.St., CH., CHt., NNLP.,)