Dalam kitab Al Luma’ yang disusun oleh Abu Nashor Al Syiroj Al Tusi diterangkan bahwa orang-orang atau para imam tidak seorangpun yang menolak bahwa dalam Al Qur’an ditulis ayat-ayat yang berbunyi :
اَلصَّادِقِيْنَ وَالصَّادِقَاتِ , وَالْقَانِتِيْنَ وَالْقَانِتَاتِ , وَالْخَاشِعِيْنَ , وَالْمُوْقِنِينَ , وَالْمُخْلِصِينَ ,
وَالْمُحْسِنِينَ , وَالْخاَئِفِيْنَ , وَالرَّاجِيْنَ , وَالْوَاجِلِيْنَ , وَالْعَابِدِينَ , وَالسَّائِحِينَ , وَالصَّابِرِينَ
وَالرَّاضِينَ , وَالْمُتَوَكِّلِينَ , وَالْمُخْبِتِينَ , وَالاَْوْلِيَاء , وَالْمُتَّقِيْنَ , وَالْمُصْطَفِينَ , وَالْمُجْتَبِينَ
وَالاْ َبْرَار , وَالْمُقَرَّبِينَ
“1.Orang-orang shidiq,(laki-laki yang selalu benar/tidak pernah bohong) 2.Orang-orang shodiqot,(perempuan-perempuan yang yang selalu /tidak pernah bohong), 3.Orang-orang yang ta’at (laki-laki yang selalu taqwa’at melakukan shalat), 4.Perempuan-perempuan yang selalu taqwa’at melakukan shalat, 5. Orang-orang yang shalatnya selalu khusyu’, 6. Orang-orang yang meyakini adanya Allah yang disifati dengan laisa kamislihi syaiun, 7. Orang-orang yang secara ikhlash berbuat apa saja baik dalam perbuatan yang berhubungan dengan Tuhan maupun yang berhubungan dengan makhluk, 8. Orang-orang yang selalu berbuat kebagusan, 9. Orang-orang yang selalu merasa takut akan bertindak salah , 10. Orang-orang yang selalu mengharap keridoan Allah swt, 11. Orang-orang yang kalbunya selalu merasakan takut bila mendengan sesuatu berita dari Allah (berita tentang Al Qur’an) 12. Orang-orang yang selalu beribadah dengan cara yang benar dan teratur, 13.Orang-orang yang melawat untuk mencari ilmu pengetahuan, 14. Orang-orang yang selalu bersabar apabila mendapat kesulitan atau bencana, 15.Orang-orang yang selalu rido terhadap apa yang ditakdirkan Allah swt, 16.Orang-orang yang selalu bertawakkal dalam menempuh bahtera kehidupan, 17. Orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah, 18. Orang-orang yang menjadi kekasih Allah, 19. Orang-orang yang selalu bertaqwa kepada Allah swt, 20. Orang-orang yang menjadi pilihan Allah, 21. Orang-orang pilihan Allah, 22. Orang-orang yang bagus akhlaknya, 23. Orang-orang yang dekat kepada Allah”.
Dari bukti ayat- ayat tersebut diatas menjadi jelas bahwa orang-orang sufi adalah bukan orang-orang bodoh, walaupun orang yang mengikuti jejak orang sufi ada juga yang bodoh. Dan kalau kita lihat atau kita saksikan mereka yang sekarang ada adalah memang orang-orang yang cukup banyak menguasai ilmu-ilmu yang beraneka ragam walaupun banyak ragam tersebut tidak dimiliki oleh seorang sufi, tetapi dimiliki oleh banyak orang.
Allah swt pun menyebutkan dalam surat Qof ayat 37
أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدْ
“……….atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
Orang-orang sufi menjadi saksi dengan menggunakan pendengarannya secara positip tidak seperti orang yang mendengar dari telinga kanan keluar dari telinga kiri. Mereka sangat tanggap kepada Al Qur’an dan Al Sunnah, mereka sangat suka melakukan banyak ibadah, banyak mau bekerja, bukan pemalas. Mereka sambil melakukan tugas yang mereka terima sebagai beban hidup yang berhubungan dengan manusia dan yang berhubungan dengan Tuhan, mereka sadari, mereka lakukan dengan tekun, karena mereka juga tahu apa halal dan apa haram. Orang sufi adalah orang yang tekun kerja dan selalu ingat kepada Sang Maha Pencipta, yaitu Allah swt karena kalbunya selalu terkait kepada Allah maka mereka selali tumaninah, ini diakui dalam Al Qur’an Surat Al Ro’du ayat 28.
أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah bahwa berdzikir kepada Allah dapat menenangkan kalbu”.
Selain itu juga Allah memasukkan kedalam golongan orang-orang Al Sabiqun, yaitu orang-orang yang terdahulu walaupun kenyataannya sekarang, mereka selalu menempuh jalan yang lurus untuk mencapai tujuan. Mereka orang-orang yang cepat-cepat atau selalu bersegera dalam menempuh kebaikan sesuai dengan sabda Nabi saw:
اِنَّ مِن أُمَّتِى مُكَلِّمِيْنَ وَمُحَدِّثِيْنَ وَاِنَّ عُمَرَ مِنْهُمْ رواه احمد والشيخان
“Sesungguhnya diantara umatku ada orang-orang ahli kalam dan orang-orang ahli hadits, dan sesungguhnya Umar termasuk didalamnya”.
Umar bin al Hottob adalah salah seorang shahabat yang juga dicontoh diteladani oleh orang-orang sufi, beliau adalah ahli dalam Al Qur’an dan sirah Nabi saw. Dalam hadits ini Nabi sendiri mengakui keahliannya, dan beliau seorang sshahabat yang banyak sekali berijtihad yang karena belum dilaksanakan dimasa Rasulullah saw tetapi dimasanya harus ada, seperti dimasa Rasulullah saw belum ada kalender, kemudian beliau menentukan kalender dan lain sebagainya. Halyang seperti ini tidak bertentangan dengan Al-Qur’an bahkan diharuskan sesuai dengan sabda Nabi saw:
مَن يُرِدِ اللهُ خَيْرًا يُفَقِّههُ فِى الدِّينِ رواه الشيخان
“Barangsiapa yang Allah menghendaki untuk memahami sesuatu maka Allah memberikan kefahaman dalam agama”.
Nabi sendiri memberikan petunjuk kepada Wabisoh dikala Wabisoh memerlukan petunjuk Nabi, tetapi beliau malah memberikan jawaban
اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ رواه حارث بن مالك
“Mintalah fatwa kepada kalbumu” .
Nabi menyatakan bahwa Tolk bin Hubaib seorang yang apabila apabila Al-Qur’an dibacakan dia kelihatan merasa takut sekali. Dan Nabi menyatakan bahwa umatnya akan masuk surga sebanyak 70.000 yang tanpa hisab, ketika ditanyakan kepadanya “siapa mereka ya Rasulallah ? “ beliau menjawab mereka adalah orang orang yang tidak memuji diri (membual) dan tidak pernah membuat/memakai mantra, karena mereka selalu bertawakkal kepada Allah.
Selanjutnya berita-berita yang seperti ini banyak sekali, dan tidak ada hilaf pendapat bahwa mereka adalah umat Muhammad, kalau memang tidak ada yang demikian pasti maka tidak akan ada orang yang mau berdzikir kepada Allah dan Rasulullah saw tidak akan mengatakan akan ada kejadian-kejadian yang semacam ini.
Bila kita lihat bahwa sebutan iman adalah termuat disemua kaum mukminin masing-masingnya dengan namanya sendiri-sendiri tidak perlu harus disebutkan seorang seorangnya. Dan tidak ada perbedaan pendapat bahwa para Nabi a.s. adalah di atas derajat kaum mukminin, artinya mereka para Nabi yang lebih tinggi derajatnya dibanding hanya dengan kaum mukminin. Mereka adalah memang sama-sama manusia yang sama-sama membutuhkan makan minum tidur dan sebagainya sebagaimana layaknya manusia, hanya saja mereka dijaga Allah dari melakukan perbuatan dosa. Para Nabi mendapat wahyu, mendapat titel kerasulan mendapatkan tanda-tanda kenabian. Hal-hal yang khusus seperti ini tidak ada pada manusia biasa.
Sumber : Al Luma’
By Abu Bakar Bin Ahmad Mansor
(S.Kom.I., C.St., CH., CHt., NNLP.,)