Most Post

Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya

Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya                 Masa KH Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh).                 Riwayat...

Kamis, 18 Agustus 2011

Faidah Dzikir 4


    (37) اَلذِّكْرُ  جَالِبٌ  لِلنِّعَمِ  وَدَافِعٌ  لِلنِّقَمِ

“Dzikir itu mendatangkan nikmat  dan menolak bencana”.

Orang berdzikir apabila asyik sekali sehingga terseret oleh dzikirnya itu, dia merasakan nikmat yang luar biasa. Dzikir adalah  memiliki kekuatan yang luar biasa. Dan apabila ada sesuatu yang mengganggu, yang mana berupa bencana pada dirinya  maka bencana itu tidak akan mempan sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab hikmah .

بِسْمِ الله الذِّي لاَيَضُرُّ مَعَ اٍسْمِهِ شَيء فِى الاَرضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهَوَ السَّمِيْعُ العَالِيمُ          

   (38) أَنَّهُ يُوْجِبُ  صَلاَةَ الله ِ وَمَلاَئِكَتِهِ عَلَى الذَّاكِرِ 
“Karena orang itu melakukan berdzikir maka Allah dan malaikatnya  membacakan shalawat kepada orang  yang melakukan berdzikir itu” .

Dalam Al Qur’an sudah jelas diterangkan bahwa Allah dan malaikatNya bershalawat kepada nabiNya, dan kita disuruh bershalawat kepada nabiNya . dan dalam ayat lain kita disuruh untuk berdzikir kepadaNya, karena kalau kita berdzikir Allahpun  berdzikir kepada makhlukNya.
    (39)  اَنَّ اللهَ  يُبَاهِى بِالذَّا كِرِيْنَ  مَلاَئِكَتَهُ
“Allah menyampaikan kebanggaanNya kepada malaikatNya  atas orang-orang yang berdzikir kepadaNya” .
Allah telah memberikan contoh kepada makhlukNya yaitu memberi tahukan kepada malaikat bahwa Dia bangga dengan adanya orang yang melakukan berdzikir kepadaNya. Apalagi manusia tentu saja apabila programnya berhasil tentu akan merasa bangga atas keberhasilannya.

    (40) اَنَّ مُدَمِنَّ الذِّكْرِ  يَدْخُلُ  الْجَنَّةَ  وَهُوَ يَضْحَكُ  كَمَا  فِى الْحَدِيْثِ
“Orang yang selalu menepati berdzikir  adalah masuk surga, dia sendiri tertawa,  seperti diterangkan dalam banyak hadits” .

Orang yang selalu berdzikir pasti masuk surga, karena mereka adalah orang yang menyatakan dekatnya kepada Khalik
    (41) اَنَّ ذِكْرَ اللهِ  تَعَالَى مِنْ اَكْبَرِ الْعَوْنِ عَلَى طَاْعَتِهِ
“Bahwa berdzikir kepada Allah ta’ala adalah merupakan pertolongan yang besar atas ta’atnya dzakir”.

Manusia tidak lepas dari pertolongan siapapun, karena manusia disebut juga dengan mahluk sosial artinya manusia selalu membutuhkan yang lain baik butuh manusia lagi ataupun yang bukan manusia. Pertolongan terakhir manusia adalah dari Allah swt, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh 153

   اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ                                                                    
“Mintalah tolong kalian dengan bersabar dan dengan melakukan shalat” .

   (42)  اَنَّ الذِّكْرَ يُعْطِى الذَّاكِرَقُوَّةً وَنَشَاطًا كَمَا فِى تَعْلِيْمِ النَّبِي صلعم لاِبْنَتِهِ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهَا وَعَلِى كََرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ                                                                           
“Bahwa dzikir adalah memberikan sebuah kekuatan kepada dzakir dan memberikan sesuatu ketangkasan seperti yang diajarkan Nabi saw kepada putrinya (Fatimah r.a) dan kepada ‘Ali k.w”.

Mahluk kalau ingin memiliki kekuatan  kekebalan tentunya harus selalu dijaga diurus Nabi saw memberi contoh kepada umatnya dengan cara melatih putrinya dan mantunya  agar fisik selalu stabil yaitu dengan melakukan berdzikir.

(43)  اَنَّ دَوْرَ الجَنَّةِ تُبْنَى بِالذِّكْرِ فَاِذَا اَمْسَكَ الذَّاكِرُ اَمْسَكَتْ  المَلاَئِكَةُ عَنِ البِنَاءِ
“Bahwa bangunan tempat tinggal di surga dibangun dengan dzikir , bila dzakir memegang  bangunan itu maka malaikat pun memegangnya”.

Segala sesuatu harus dijaga, misal rumah diurus, kebun disiangi dibasmi gulmanya, di basmi hama penyakitnya. Demikian juga  bila kita sudah punya persediaan untuk kelak diakhirat / di surga  itupun harus diurus juga agar tidak rusak, walaupun surga akan kekal tetapi surga juga adalah makhluk.

(44)  اَنَّ المَلاَئِكَةَ  لَتَسْتَغْفِرُ الذَّاكِرَ كَمَا  تَسْتَغْفِرُ   للتَّائِبِ
“Bahwa malaikat selalu memintakan ampunan untuk orang yang  yang berdzikir  bagaikan memintakan ampunannya untuk orang yang bertaubat”.

Karena malaikat menjadi saksi orang yang berdzikir maka mereka menjadi saksi segala perbuatan orang itu. Ini pasti bahwa malaikat memintakan istigfar kepada Allah untuk orang-orang yang melakukan berdzikir.

(45) اَنَّ الجِبَالَ والقَفاَرَ تَتَبَاهَى وَتَستَبْشِرَ بِمَنْ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى
“Bahwa gunung-gunung dan tanah-tanah yang kosong merasa bangga dan bergembira atas orang yang berdzikir  kepada Allah” .

Sebagaimana dalam hadits lain diterangkan bahwa akan terjadi kiamat adalah kalau sudah tidak ada orang yang berdzikir, maka pantas bumi yang termasuk gunung, lembah dan lautan pun bergembira atau merasa bangga atas orang yang mau berdzikir sebab mereka merasa masih akan melakukan fungsinya masing masing, karena kalau sudah kiamat mereka tidak akan berfungsi sama sekali.

   (46) اَنَّ كَثْرَةَ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى اَمَانٌ مِنَ النِّفَاقِ  فَاِنَّ المُنَافِقِيْنَ قَلِيْلُو الذِّكْرِ
“Bahwa banyak berdzikir kepada Allah taqwa’ala menjadi aman dari munafik, karena orang-orang munafik adalah sedikit berdzikir”.

Orang yang berdzikir adalah orang yang merasa dilihat Tuhannya, sehingga perbuatannya selalu benar. Orang yang lupa dzikir atau sedikit dzikir ya sedikit merasa dilihat Tuhannya, maka karena sedikit merasa dilihat akan mudaklah terbawa ajakan syetan, sehingga mudah pula untuk melakukan kemunafikan
   
    (47) اَّ نَّ لِلذِّكْرِ  مِنْ بَيْنِ الاَعْمَالِ لَذَّةً لاَ يُشْبِهُهَا شَيْئٌ وَلِهَذَا سُمِيَتْ مَجَالِسُ الذِّكْرِ  رِيَاَضَ الجَنَّة              
“Bahwa berdzikir ada memiliki sebuah kelezatan yang tidak terhingga, maka sebab itu majlis dzikir  disebut taman surga” .

Orang yang melakukan dzikir dengan benar-benar dia merasakan lezat se lezat-lezatnya, kelezatan di ingini oleh siapapun dengan selera yang berbeda-beda. Demikian pun yang kita dengar tentang surga, semua manusia normal adalah butuh surga, maka  pantaslah jika majlis dzikir disebut  taman surga.

    (48) اَنَّ دَوَامَ الذِّكْرِ فِى الطَّرِيْقِ  وَالبَيْتِ وَالحَضْرِ  وَالسَّفَرِ تَكثِيْرٌ لِشُهُود البُعْدِ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Bahwa mendawamkan dzikir baik dijalan, dirumah, dikalangan rumah, diwaktu safar /diperjalanan, adalah menjadikan kesaksian yang jauh dihari kiamat”.

Bila orang mau berdzikir dimana saja adanya sesuai dengan perintah Allah, berarti sangat jauh tinjauannya sehingga disebutkan menjadi saksi sejauh jauhnya.

     (49) اَنَّهُ يَكْسُوْ الوَجْهَ نَضْرَةً فِى الدُّنْيَا وَنُوْرٌ فِى الاَخِرَةِ كَمَا فِى الحَدِيْثِ
“Bahwa dzikir menyandangi  wajah jadi bersinar didunia dan dan menjadi cahaya diakhirat  sebagaimana diterangkan dalam hadits” .

Orang yang berdzikir kepada Allah adalah menjadi kekasih Allah, orang yang menjadi kekasih Allah tidak akan takut dan tidak akan sedih

             لاَخَوْفٌ عَلَيْهِم وَلاَ هُم يَحْزَنُونْ         

Demikian juga dalam hadits diterangkan sebagai berikut:

             مَنْ قَالَ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ  مَرَّةٍ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ (الى آخر الحدِيث) اَتَى اللهُ   
يَوْمَ القِيَامَةِ وَوَجهُهُ أَشَدُّ بَيَاضٍا مِنَ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ                                         
“Barangsiapa yang membaca LA ILAHA ILLA ALLAH seratus kali setiap harinya dia datang kehadapan Allah dengan wajah yang lebih bersinar terang dari pada dibulan purnama”.

   (50) اَنَّ الذِّكْرَ سَبَبٌ لِتَصْدِيِقِ الرَّبِّ عَزَّ وَجَلّ َ عَبْدَهُ . فَاِنَّهُ اَخْبَرَ عَنِ اللهِ تَعَالَى بِأَوْصَافِ كَمَاْلِهِ وَنُعُوْتِ      جَلاَلِهِ . فَاِذَاْ أَخْبَرَ بِهَاْ العَبدُ صَدَقَهُ رَبُّهُ  وَمَنْ صَدَقَهُ رَبُّهُ  لَمْ يُخْشَرْ مَعَ الكَاذِبِينَ
“Sesungguhnya dzikir itu menjadi sebab Allah membenarkan hambaNya karena  berita itu datangnyadari Allah  swt  dengan sifat-sifat yang senpurna. Maka bila seorang hamba diberi tahu bahwa  dibenarkan Allah, pasti dia tidak akan disatukan / dikumpulkan beserta orang-orang  yang berbohong” .

Dengan menggunakan akal pun kita dapat mengerti bahwa orang yang membenarkan kepada orang lain, orang yang dinilai benarpun pasti mengakuinya kepada pengakuan itu. Dalam hal dzikir berarti dia (dzakir)  mengakui keberadaan Allah, maka pasti saja Allah pun membenarkan dzakir  seperti disebutkan dalam Al Qur’an  / Al Baqoroh 152 :

                        فَاذْكُرُوْنِى أَذْكُرْكُمْ  وَاشْكُرُوْا لِى وَلاَ تَكفُرُون
“Ingatlah (dzikirlah) kalian padaKu niscaya Aku dzikir (ingat) padamu sekalian” .

   (51)  اَنَّ اِِدَامَتَهُ تَنُوْبُ عَنِ التَّطَوُّعَاتِ وَتَقُوْمُ مَقَاْمَهُ  سَوَاءٌ كَانَتْ بَدَنِيَةً اَوْ مَالِيَةً كَمَا فِى حَدِيْثِ
    فُقَرَاءِ المُهَاجِرِينْ  
“Sesungguhnya mendawamkan dzikir adalah menggantikan segala perbuatan sunat dan menduduki keduduka sunat, baik sunat yang berbentuk badaniyah maupun yang berbentuk maliyah sebagaimana banyak diterangkan dalam hadits-hadits yang menjelaskan orang orang muhajirin yang fakir-fakir” .

Mengapa dzikir dapat dinilai sebagai pengganti perbuatan sunat ? Tentu saja yaitu orang yang mau berbuat pekerjaan yang dinilai sunat adalah orang yang ingat kepada Khaliknya, setelah itu dia mau melakukan pekerjaan sunat itu. Bagi mereka yang akan melakukan sunat tentunya sudah ingat kepada Khalinya, jadi malahan sebelum praktek melakukan sunat sudah lebih dulu dzikirnya.
 (52) اَنَّ الذِّكْرَ  شِفَاءُ القَلْبِ  وَدَوَا ئُُهُ  وَالغَفْلَةُ مَرَضُهُ
“Bahwa dzikir adalah obat penyembuh kalbu, sedangkan goflah adalah sakitnya kalbu”.

Telah diperingatkan /diberitahukan  dalam Al Qur’an yang kita tidak harus ragu lagi bahwa  berdzikir kepada Allah adalah menenangkan kalbu. Jadi kalau  tidak berdzikir  kalbu menjadi goyang atau katakan saja sakit

اَلاَ  بِذِكْرِ  اللهِ تَطمَئِنُّ القُلُوْبُ.  الرعد:28
 “Ketahuilah bahwa dengan berdzikir kepada Allah kalbu menjadi tenang” .

   (53) اَنَّ العَبْدَ اِذَا تَعَرَفَ اِلَى اللهِ بِذِكْرِهِ  فِى الرَّخَاءِ  وَعَرَفَهُ  فِى الشِّدَّةِ
“Bila seorang hamba pada waktu senang mengaku kepada Allah dengan menggunakan dzikirnya, maka Allah memberitahukan kepadanya diwaktu dia susah” . 
Sudah biasa atau kita sebut saja pada umumnya bahwa orang atau manusia itu apabila dalam keadaan senang  mereka lupa kepada orang lain yang biasa atau yang pernah menolongnya, tetapi pada waktu sedih dia ingat kepada siapa yang dapat dia minta tolong. Tetapi kalau orang pada waktu senang dia ingat , apalagi  pada waktu susah, begitupun kepada Sang Maha Penciptanya, kalau orang pada waktu senang dia ingat atau sebut saja berdzikir apalagi pada waktu dia susah pasti ingat kepada Khaliknya lebih lebih.

Sumber : Min Abwabil Faroj .


By Abu Bakar Bin Ahmad Mansor
(S.Kom.I., C.St., CH., CHt., NNLP.,)