Most Post

Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya

Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya                 Masa KH Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh).                 Riwayat...

Rabu, 24 Agustus 2011

Faidah Wirid


Faidah wirid .

                Di depan telah diterangkan wirid tiaf ba’da maktubah dan wirid  mingguan, baik berjama’ah atau munfarid. Wirid munfarid tentunya dihasilkan oleh yang ber wirid, demikian juga bila berjama’ah akan dihasilkan oleh berjama’ah, hal ini karena Allah Maha Mendengan dengan sifat sama’ Nya . 

                Berdo’a itu sendiri diperintahkan Allah, maka orang melakukan berdo’a adalah melaksanakan perintah Allah. Berwirid juga berdo’a maka berwirid adalah melaksanakan perintah Allah . 

وَقَالَ رَبُّكُمْ اُدْعُوْنِى اَسْتَجِبْ لَكُمْ   غافر 60
Dan Tuhanmu berfirman.Berdo’alah kepadaku, niscaya akan Kuperkenankan  bagimu . Ghofir 60 .

                Orang berdo’a adalah orang yang berhubungan langsung kepada Tuhan,berha dapan langsung kepada Tuhan, maka tentulah ada etikanya, karena jangankan ber hadapan dengan Tuhan, kita berhadapan kepada pejabat yang sama sama manusia ju ga ada etikanya apalagi berhadapan /menhadap kepada Tuhan, untuk meminta. Da lam sebuah hadits diterangkan bahwaorang berdo’a adalah harus suci harus bersih 

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ للهِ صَلّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَيَقْبَلَ اِلاَّ طَيِّبًا  وَاِنَّ اللهَ اَمَرَ اْلمُؤْمِنِيْنَ  ِبمَا اَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينْ فَقَالَ تَعَالَى يَااَيّهُاَ الرُّسُلُ  كُلُواْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًا. وَقَالَ يَااَيُّهَا ا لَّذِيْنَ اَمَنُواْ كُلُواْ مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ . ثُمّ َذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ  السَّفَرَ اَشْعَثَ اَغْبَرَ  َيُمّدُ يَدَيْهِ  اِلَى السَّماَءِ  يَا رَبِّ يَارَبِّ  وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ  وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَِمِ

فَأَ ّنَى يُسْتَجَابُ لَهُ . رواه مسلم
Dari Abi Hurairah ra, telah berkata, telah bersabda Rasulullah saw :
Sesungguhnya Allah itu baik,tidak menerima sesuatu kecuali yang baik,Dan se sungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang orang Mukmin (serupa) de ngan apa yang telah diperintahkann kepada Rasul-rasul, maka Allah telah berfirman Hai Rasul-rasul makanlah dari ssegala sesuatu yang baik, dan bekerjalah kamu dengan pekerjaan yang baik. Dan telah berfirman: Hai orang –orang yang ber iman! makanlah dari apa apa yang baik yang telah Kami rizqikan padamu. Kemudian beliau  menceriterakan seorang laki-laki yang telah jauh perjalanannya, berambut kusut, penuh dengan debu, Dia menadahkan kedua tangannya  kelangit dan berkata “Wahai Tuhan”–“wahai Tuhan“sedangkan makanannya haram,minu mannya haram, pakaiannya dan dikenjangkan  dwengan barang yang haram, maka bagaimana  ia akan  diterima  permintaannya ?  H.R. Muslim .

                Dalam contoh hadits ini adalah seorang berdo’a untuk dirinya sendiri, itu syaratna harus diri sendirinya itu jangan tercampuri apa apa yang haram,baik itu be rupa makanan yang dimakan, ataupun pakaian dan juga minuman.Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa yang haram dapat menjadi hijab terhadap seseorang yg sedang bermaksud / mempunyai tujuan.

                Manusia adalah mahluk sosia, artinya kita  tidak akan dapat hidup sendiri ter masuk kita dalam fisik kita sendiri embutukan orang lain untuk emenuhi kebutuhan kita maka kitapun berkewajiban untuk mendo’akan kepada orang lain,agar kita ter masuk  manusia yang shalih/shalihah . 

اِذَا مَاتَ اِبْنُ اَدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلَّا مِنْ ثَلاَثٍ  صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ رواه مسلم
Apabila manusia ati maka semua amalnya terputus kecuali tiga, pertama sodakoh ariyah, kedua ilmu yang diambil manfa’atnya, da ketiga anak sholih yang men doa kan . HR Muslim . 

                Diambil dari hadits tersebut, bahwa kita wajib mendo’akan kepada orang lain baik orang lain itu orang tuanya sendiri maupun orang lain bukan orang tuanya sendiri .diantara do’untuk orang tuanya sendiri
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَلِوَاِلدَيَّ وَارْحَمٍهُمَا كَمَا رَبَّياَنِى صَغِيْرًا
Ya Allah apunlah aku, dan apunilah dua orang tuaku, dan kasihanilah ibu bapak ku sebagaimana ibu bapakku mengurusi aku diwaktu aku masih kecil .

                Dan do’a yang untuk orang lain yang umum misalnya
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينْ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاِحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
Ya Allah ampunilah dosa dosa mukminin mukminat muslimin muslimat baik yang masih hidup maupun  yang sudah ati .
                Berdo’a janganlah sekali kali mendo’akan orang lain atau diri sendiri untuk celaka, atau do’a –do’a yang jelek, tetapi do’akanlah dengan do’a yang bagus,karena do’a adalah bagaikan sepucuk surat yang dilayangkan melalui pos, maka bila surat itu tidak sampai ke alamat, karena orang yang dituju tidak ada, maka akan kembali kepada sipengirim. Demikian juga do’a harus do’a yang bagus karena kalau do’a itu tidak sampai tujuan maka do’a itu akan kembali kepada pengirimnya. Jadi kalau yang kembali itu adalah bagus, akan senanglah yang menerimanya, baik itu diterima oleh
 orang lain maupun diterima oleh kita sendiri . 

                Pada prinsipnya dalam TQN wirid wirid itu adalah do’a , baik do’a itu untuk sendiri ataupun do’a untuk orang lain, maka tidak perlu ragu lagi membaca wirid wi rid yang dipakai baik wirid itu dipakai di TQN ataupun wirid yang biasa dipakai oleh ulama ulama dimana saja, sebab tidak ada ulama manapun yang berusaha men sesatkan masanya atau pengikutnya, semuanya juga ulama adalah mengikuti jejak Rasulullah saw sebagaimana disebutkan oleh Nabi saw
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الاَنْبِيَاءِ
Ulama adalah  pewaris  para Nabi. oleh karena itu kita ikuti ulama.


                Sumber : Al Qur’an Tarjamah . Miftahus Sudur  Al Adzkar . Al Hikmah